Dinamika Interaksi
antara Manusia dan Lingkungan akibat Kabut Asap
Kabut
asap adalah suatu bentuk pencemaran udara yang disebabkan oleh sisa pembakaran.
Pada umumnya kabut asap terjadi karena adanya kebakaran hutan yang cukup luas.
Hal ini menyebabkan pencemaran udara di daerah yang dekat dengan lokasi kebakaran.
Seperti kita ketahui bahwa kabut asap hasil kebakaran lahan mengandung gas CO2
(Karbondioksida) dan gas CO (Karbonmonoksida). Kedua gas ini tentunya
sangat berbahaya apabila dihirup oleh manusia. Karbondioksida sangat berbahaya
apabila terhirup manusia karena gas karbondiosida merupakan zat racun buangan dari
tubuh manusia sebagai sisa pembakaran oksigen dalam tubuh. Sedangkan gas
karbonmonoksida berbahaya dikarenakan gas ini mengandung zat-zat racun yang
bisa membuat manusia sulit bernafas akibat terganggunya aktivitas hemoglobin
yang lebih memilih gas karbonmonoksida untuk diikat dengan darah ketimbang gas
oksigen.
Kebakaran
hutan yang melanda Indonesia biasa terjadi pada saat musim kemarau. Dengan
cuaca dan suhu yang panas maka tak heran jika banyak sisa pepohonan seperti
kayu, ranting, ataupun daun yang kering menjadi mudah terbakar. Sebenarnya
kebakaran hutan termasuk siklus alam yang wajar terjadi pada hutan. Ini berguna
untuk mencegah terjadinya spesies tanaman yang mendominasi hutan dan untuk
menjaga keanekaragaman hayati hutan. Tetapi kebakaran hutan yang terjadi karena
siklus alam memiliki cakupan wilayah yang relatif sempit dan api yang membakar
hutan bisa padam dengan sendirinya. Berbeda dengan kenyataannya yang terjadi di
Indonesia, kebakaran hutan di Indonesia umumnya disebabkan oleh ulah manusia
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung manusia bisa membakar
hutan dengan tindakan-tindakan, seperti pembukaan lahan baru dengan cara
pembakaran hutan, pemakaian api yang tidak benar ketika berada di hutan, dan
sebagainya. Secara tidak langsung manusia juga dapat mempermudah terjadinya
kebakaran hutan yang besar dengan mengubah fungsi lahan yang ada, seperti
pengeringan rawa-rawa gambut, ini menyebabkan kebakaran hutan meluas dan tidak
terkendali.
Menurut
NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat), kebakaran hutan yang terjadi di
Indonesia pada tahun 2015 ini adalah yang terparah sepanjang sejarah. Kebakaran
ini terjadi di sebagian besar pulau Sumatera dan Kalimantan. Kebakaran yang
disebut-sebut paling parah ini disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.
Disebabkan faktor alam karena pada tahun 2015 ini, Indonesia terkena dampak El
Nino yang terjadi di Samudera Pasifik. Siklus El Nino yang berlangsung 5 sampai
7 tahun sekali ini menyebabkan kekeringan yang luar biasa bagi wilayah
Indonesia dan Australia, sedangkan curah hujan tinggi di wilayah Amerika.
Akibat dari kekeringan tersebut maka banyak hutan yang terbakar karena
kurangnya pasokan air. Kebakaran hutan di Indonesia juga makin diperparah oleh
ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Banyak perusahaan yang sengaja
merusak lingkungan dengan cara membakar hutan untuk kepentingan kelompoknya
sendiri. Hal tersebut mereka lakukan karena ingin membuka lahan baru untuk
dijadikan areal perkebunan, seperti perkebunan sawit. Dengan membakar hutan
sebagai cara pembukaan lahan, mereka menganggap akan meminimalisir biaya
daripada dengan penebangan pohon secara manual. Mereka tidak bisa berfikir
secara sehat dengan apa yang akan terjadi nantinya apabila kabut asap menyebar
ke seluruh Indonesia. Hanya uanglah yang ada di fikiran mereka, tanpa berfikir
panjang sebelum melakukan aktivitas. Aktivitas yang tidak bertanggungjawab ini
menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi alam maupun manusia. Dengan
adanya pembakaran hutan yang dilakukan orang tidak bertanggungjawab
mengakibatkan bencana kabut asap yang terjadi di Indonesia dan sangat berpotensi
menimbulkan kerusakan-kerusakan alam, diantaranya adalah:
1.
Meningkatnya kadar
emisi gas karbondioksida di bumi.
Bencana
kabut asap yang terjadi di Indonesia akibat pembakaran hutan yang dilakukan orang
yang tidak bertanggungjawab memberikan efek bagi peningkatan karbondioksida di
bumi. Karbondioksida sendiri dihasilkan dari pembakaran kayu (selulosa).
Meningkatnya kadar karbondioksida ini membuat sinar matahari yang diterima oleh
bumi tidak bisa dipantulkan kembali ke luar angkasa, akibatnya suhu di bumi
akan menjadi semakin panas. Hal ini akan mengganggu aktivitas masyarakat,
khususnya yang bekerja di lapangan seperti petani, kuli bangunan, penambang
sumber daya alam, dan sebagainya. Mereka akan merasa kepanasan apabila berjemur
dibawah terik matahari. Jika hal ini terjadi maka tidak hanya negara yang
repot, tapi semua masyarakat juga akan kerepotan akibat panasnya matahari. Di
akhir-akhir ini masyarakat seringkali mengeluh akibat saking panasnya matahari,
bahkan banyak yang jatuh sakit karena lama bekerja di bawah terik matahari.
Banyak laporan yang menyebutkan bahwa setelah beraktifitas di luar ruangan,
kulit orang-orang menjadi lebih gelap dari sebelumnya padahal hanya
beraktifitas sebentar saja. Ini membuktikan bahwa tingkat panas matahari sudah
cukup membahayakan. Kejadian ini semakin diperparah oleh ulah orang-orang yang
sengaja membakar hutan. Masyarakat dalam hal ini hendaknya juga mengontrol apa
saja yang sedang dilakukan anggota masyarakat yang lainnya, jika ada apa-apa
yang ganjil maka segera dilaporkan kepada pihak yang berwajib agar masalah
tersebut dapat segera teratasi. Negara juga hendaknya selalu memonitoring
aktifitas masyarakat agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kasus
kabut asap ini.
2.
Global Warming
Fenomena kebakaran
hutan di Indonesia menjadi fokus perhatian dunia saat ini. Masyarakat dunia
percaya bahwa negara Indonesia merupakan paru-paru dunia. Jika hutan di
Indonesia terbakar, maka kabut asap yang mengandung zat-zat berbahaya akan
mengakibatkan pemanasan global di bumi. Diantara zat yang berbahaya tersebut
adalah gas karbondioksida dan gas karbonmonoksida. Kedua gas ini dapat membuat
suhu di bumi meningkat dan akan mengakibatkan berbagai bencana alam terjadi di
bumi. Meningkatnya suhu bumi bisa mengakibatkan gletser/es di kutub mencair,
akibatnya banyak terjadi banjir di berbagai wilayah karena ketinggian air laut
meningkat sehingga air laut menggenangi daratan di muka bumi. Selanjutnya
mencairnya es di kutub juga menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil di bumi.
Global warming juga menyebabkan perubahan iklim yang sangat mencolok di
berbagai wilayah, ini membuat banyak wilayah yang mengalami bencana alam yang
lebih ekstrim lagi, seperti kekeringan, banjir, dan lain-lain. Fenomena seperti
ini sudah terjadi di dunia, bahkan di Jakarta sudah terjadi beberapa kasus
meluapnya air laut ke daratan. Masyarakat sangat dirugikan karena masalah
semacam ini karena kegiatan mereka sehari-hari terganggu oleh banjir.
Perekonomian dan interaksi antar masyarakat pun menjadi terhambat.
Disamping itu bagi manusia, ada banyak sektor yang
mengalami kerugian akibat diantaranya adalah sektor ekonomi, sosial, dan
budaya. Berikut ini kerugian akibat terjadinya kabut asap:
1.
Bidang ekonomi
Dari
bidang ekonomi, sangatlah banyak kerugian yang dirasakan oleh pemerintah
setempat dan masyarakatnya. Terlebih kebutuhan primer masyarakat dan kegiatan
perekonomian menjadi terhenti untuk waktu yang cukup lama. Kasus yang paling
nyata yaitu tidak beroperasinya bandara. Kasus ini mengakibatkan terganggunya
perjalanan masyarakat dari atau menuju Sumatera dan Kalimantan karena tebalnya
kabut asap yang menutupi pandangan. Masyarakat yang menumpang pesawat dirugikan
karena mereka membutuhkan transportasi seperti pesawat ini untuk melakukan
kegiatan perekonomian, seperti berdagang. Tentunya barang yang sedang
diperdagangkan tidak bisa terkirim dengan cepat karena adanya pemberhentian
operasi bandara ini. Hal ini membuat masyarakat menjadi rugi dan tidak bisa
melakukan aktifitas perdagangan dengan baik dan cepat. Kerugian juga dialami
oleh pihak pemerintah, yaitu dengan tutupnya bandara maka pemasukan kas negara
dari sektor penerbangan menjadi berkurang. Ini dikarenakan masyarakat lebih
memilih menggunakan angkutan darat. Pendapatan dari sektor pariwisata juga dipastikan
menurun drastis dikarenakan semakin sedikit wisatawan lokal maupun mancanegara
yang berkunjung ke daerah Sumatera atau Kalimantan, padahal 2 daerah tersebut
memiliki keindahan alam dan tempat wisata yang sangat bagus untuk dikunjungi.
Pihak pengelola wisata juga mengeluhkan kejadian kabut asap ini karena semakin
hari jumlah pengunjung menjadi sangat sedikit, para wisatawan juga lebih
memilih untuk berwisata ke tempat lain yang lebih aman dari kabut asap. Contoh
yang kedua yaitu pemerintah beserta masyarakat merugi karena sumber daya hutan
seperti kayu musnah terbakar. Ini menyebabkan dampak ekonomi yang cukup serius
karena sektor kehutanan juga memiliki andil besar dalam mengisi kas negara.
Barang-barang hasil hutan tidak bisa diekspor ke negara lain karena sebagian
besar sudah terbakar. Para pekerja yang biasanya bertugas untuk menebang kayu
untuk keperluan ekspor juga terpaksa berhenti dari pekerjaannya, ini membuat
mereka untuk sementara waktu tidak memiliki biaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya.
2.
Sektor Sosial
Bencana
kabut asap secara tidak langsung juga membawa dampak yang sangat merugikan bagi
sosial masyarakat pada tingkat nasional maupun regional. Kabut asap menyebabkan
kesehatan masyarakat terganggu. Indeks pencemaran udara seperti dilansir oleh
BMKG, kabut asap yang terjadi tahun ini mencapai 500. Indeks pencemaran 500
merupakan kategori pencemaran udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, jadi
tak heran banyak sekali yang sakit dan ada banyak pula yang meninggal dunia.
Berbagai penyakit pernafasan seperti asma, bronchitis, infeksi saluran
pernafasan akut, dll menyerang masyarakat disekitarnya. Hal tersebut
mengakibatkan kesenjangan sosial diantara anggota masyarakat. Masyarakat yang
sakit juga akan mengalami kerugian yang lebih yaitu mereka tidak bisa bekerja
untuk sementara waktu sehingga pendapatan mereka juga ikut berkurang. Negara
dalam hal ini juga mengalami kerugian yaitu negara harus mengucurkan dana yang
sangat banyak guna megobati masyarakat yang terkena penyakit pernafasan.
Pemerintah juga mendapat tugas untuk menyiapkan masker-masker untuk masyarakat
yang tinggal di daerah yang terkena kabut asap. Ini membuat tugas pemerintah
juga semakin bertambah. Dalam hal ini pemerintah pun juga sangat kualahan untuk
memproduksi masker karena bahan yang digunakan juga sangat terbatas sehingga
memerlukan bantuan masyarakat untuk menyediakan masker bagi para korban kabut
asap. Selain itu juga negara juga dirugikan dengan semakin renggangnya hubungan
diplomatik dengan negara tetangga. Pemerintah Indonesia dinilai lamban dalam
mengatasi bencana kabut asap ini. Para negara tetangga memprotes Indonesia
karena asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan juga menyebar ke negaranya,
sehingga kegiatan di negara tersebut juga ikut terganggu. Seharusnya pemerintah
segera melakukan aksi yang cepat untuk mengatasi permasalahan kabut asap ini,
seperti dengan segera memadamkan api menggunakan cara yang jitu, menangkap
pelaku pembakaran hutan, memberikan penjelasan kepada negara tetangga bahwa
masalah kabut asap ini murni bukan campur tangan pemerintah Indonesia melainkan
pihak luar yang ingin menggunakan lahan untuk kepentingannya sendiri, dan
sebagainya. Jika hal tersebut dilakukan dengan cepat dan tepat, maka
kerenggangan hubungan dengan negara tetangga bisa kembali normal kembali.
3.
Bidang Budaya
Di
bidang budaya, masyarakat juga mengalami kerugian yaitu terganggunya aktifitas
atau adat istiadat yang ada di daerah itu. Ini membuat masyarakat menjadi tidak
bisa menyelenggarakan kegiatan yang seharusnya diselenggarakan pada waktu itu.
Pembakaran hutan ini juga nantinya dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan
masyarakat untuk membuka lahan baru. Masyarakat juga dikhawatirkan bertindak
apatis terhadap lingkungan sekitar.
0 comments:
Post a Comment